Sabtu, 11 Januari 2014

Logika Bahasa


ARTIKEL
PENYIMPULAN LANGSUNG (KONVERSI, OBVERSI, KONTRAPOSISI) DALAM KAJIAN LOGIKA BAHASA





 NAMA KELOMPOK:
1.      LIA N OVITA SARI                   (201110080311130)
2.      TRI ARIE SANTOSA                 (201110080311054)
3.      MUHAMMAD HUSIN               (201110080311058)
4.      KHOMARUDIN SHOLEH        (201110080311120)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

Abstrak
    Secara garis besar dapat dikatakan bahwa biasanya para ahli Logika mengelompokkan jenis- jenis penyimpulan langsung ke dalam dua kelompok besar, yaitu: oposisi (perlawanan) dan eduksi. Adapun yang dimaksud dengan eduksi adalah ilmu penyimpulan di mana akal budi kita bergerak dari sebuah proposisi ke se buah proposisi lain tanpa harus mengganti mengganti atau menggubah makna yang terkandung di dalamnya. Eduksi antara lain yakni meliputi konversi (pembalikan) adalah sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar/ dibalik tempatnya sehingga yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket menjadi subjek, tanpah menggubah kualitas dan kebenaran yang menggandung di dalamnya ,obversi yakni sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi afirmatif dinyatakan secara negatif dan sebaliknya proposisi negatif dinyatakan secara alfirmati, dan kontraposisi adalah Kontaposisi adalah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu.
Kata Kunci: konversi, obversi, kontraposisi.
1.    Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli, yang seara umum memiliki banyak persamaan. Ada yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip- prinsip dan hukum- hukum penalaran yang tepat. Ada yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu pengtahuan tetapi juga sekaligus juga merupakan kecakapan atau keterampilan untuk berpikir secara lurus, tepat dan teratur. Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengtahuan ke dalam tindakan.
Logika bahasa adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun menggembangkan dan membahasa asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran dan tanggung jawab secara rasional. Dalam artikel ini membahas tentang penyampaian langsung meliputi yakni(konversi, obversi, dan kontraposi). Konversi merupakan sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar atau di balik tempatnya sehingga yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket menjadi subjek, tanpa mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di dalamnya dan obversi merupakan sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya proposisi negatif dinyatakan secara alfirmatif sedangkan kontraposisi merupakan penarikan konklusi secara langsung dengan jalan menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu. Dalam kontraposisi, jelas terlihat bahwa sesungguhnya arti atau makna proposisi kontrapositif tetap ekuivalen dengan arti atau makna proposisi premis.
2.    Penyampaian Langsung: Konversi, Obversi, Kontraposisi
a. konversi
Menrut (Rapar, Jan Hendrik, 1996:41), mengatakan bahwa konversi adalah jenis penarikan konklusi secara langsung dengan membalikkan atau mempertukarkan term predikat menjadi menjadi term subjek, dan term subjek menjadi term predikat. Kuantitas term subjek dan predikat harus sama dan tetap sama sebelum dan sesudah dikonversi: kedua- duanya berdistribusi atau kedua- duanya tidak berdistribusi. Term subjek dan term predikat yang sama- sama berdistribusi terdapat pada proposisi E dan proposisi I. Demikian pula, kualitas konverted (proposisi yang hendak dikonversi) dan Konverse ( proposisi yang telah dikonversi) harus tetap sama. Jadi, jika konverted afirmatif, konversenya pun harus alfirmatif, dan jika konvertend negatif, maka konversenya pun harus negatif. Agar konklusi benar, ketentuan berikut ini harus diperhatikan.
Ø Jika proposisi A dikonversikan, maka hasilnya ialah proposisi I.
Ø Jika proposis E dikonversikan, maka hasilnya tetap proposisi E.
Ø Jika proposisi I dikonversikan, maka hasilnya tetap proposisi I
Contoh- contoh
1.      Konversi Proposisi A
Premis             : Semua filsafat adalah manusia. (A)
Konklusi          : Sebagian manusia adalah filsuf. (i)
2.      Konversi proposisi E
Premis             : Tak seorang pun filsuf adalah kera. (E)
Konklusi          : Tak satu pun kera adalah filsuf. (E)
3.      Konversi Proposisi I
Premis             : Beberapa anggota ABRI adalah sarjanah. (I)
Konklusi          : Beberapa sarjanah adalah anggota ABRI. (I)
4.      Konversi Proposisi O: Tidak dapat dikonversikan.
   Sedangkan menurut Sumaryono. E, (1999: 83), mengatakan bahwa konversi adalah sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar/ di balik tempatnya sehingga yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket menjadi subjek, tanpa mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di dalamnya. Proposisi yang asli disebut konvertend dan proposisi kesimpulanya disebut konverse.
Contoh:
Konverted : Tidak ada kura- kura yang disebut kucing
Konverse   : Tidak ada kucing yang disebut kura- kura
1.      Jenis- jenis pembalikan
Ada dua macam pembalikan, yaitu pembalikan sederhana dan pembalikan aksidental. Pembalikan sederhana adalahpembalikan di mana subjek dan prediket ditukar tempatnya tanpa menggurangi ataupun menggubah kuantitas masing- masing.
Contoh:
E: Maha siswa bukan siswa SMU → E: Siswa SMU bukan Mahasiswa.
I: Ada orang yang bisu- tuli           → I: Ada yang bisu- tuli yang disebut orang
Pembalikan Aksidental, disebut juga pembalikan sebagian, pembalikan tidak sempurna, atau pembalikan terbatas. Pembalikan semacam ini adalah pembalikan di mana subjek dan predikatnya mengalami tukar tempat, namun kuantitas salah stunya mengalami penggurangan. Pembalikan semacam ini dapat terjadi pada proposisi A→I atau E→O
Contoh:
A: Semua advokat adalah penegak hukum
I: Ada penegak hukum yang disebut advokat.
E: Semua pria tidak feminim.
O: Beberapa yang feminim bukan pria.
2.    Hukum- Hukum pembalikan
Hukum 1:  Proposisi A hanya dapat dibalik menjadi proposisi I
Pembalikan ini terjadi karena dalam proposisi alfirmatif prediket adalah partikular.
Contoh:
A: Semua nelayan pandai menangkap ikan.
I: Beberapa yang pandai menangkap ikan adalah nelayan.
Hukum 2: Proposisi E selalu dapat dibalik karena dalam proposisi negatif S dan P tidak dapat dipersatukan. Pembalikan ini dapat bersifat aksidental/ parsial.
Contoh:
E: Ikan tidakdapat berjalan →E: Semua yang dapat berjalan bukan ikan (pembalikan sederhana)
E: Ikan bukan bintang menyusui → O: Sebagian binatang menyusui bukan ikan (pembalikan parsial)
Hukum 3: proposisi 1 hanya dibalik menjadi I lagi. Sebagaimana sudah disebutkan di atas, prediket dalam proposisi alfirmatif adalah partikular
Contoh: Beberapa jenis burung termasuk termasuk pemakan daging.
              Beberapa pemakan daging adalah burung.
Hukum 4: Proposisi O tidak dapat di balik.
Contoh:
O: Ada orang yang bukan dokter→ O: Ada dokter yang bukan orang.
Dalam contoh tersebut terjadi perubahan kuantitas dari ada orang (partikular) menjadi orang (universal). Dalam logika hal ini tidak boleh terjadi. Salah satu cara menghindari pelanggaran terhadap aturan kuantitas term dalam pembalikan adalah menggubah kualitas proposisis pembalikan menjadi alfirmatif dengan maksud tidak mendistribusikan subjek ke dalam bagian-bagianya lagi.
Contoh            :
O: ada mahasiswa yang tidak rajin belajar
I: ada orang yang rajin belajar yang disebut mahaswa
b. Obversi
Obversi menurut (Rapar, Jan Hendrik: 1996: 42), adalah penalaran langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas proposisi kendatipun maknanya tetap dan tidak boleh berubah. Adapun kuantitas obvertend (proposisi yang menjadi premis) dan obverse (proposisi yang menjadi konklusi) juga harus tetap sama. Proses yang ditempuh untuk melakukan obversi adalah sebagai berikut:
1.      Jika proposisi premis afirmatif, ubahlah menjadi negatif, dan jika proposisi premis negatif, ubahlah menjadi afirmatif.
2.      Negasikanlah term predikatnya.
Oleh karena proses yang ditempuh melalui dua kali negasi, prinsip penarikan konklusi ini disebut prinsip negasi ganda (double negation). Oleh karena itu proposisi alfirmatif diubah menjadi negatif, dan proposisi negatif menjadi afirmatif, maka:
Ø Jika proposisi A diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi E
Ø Jika proposisi E diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi A
Ø Jika proposisi I diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi O
Ø Jika proposisi diobversikan, hasilnya akan menjadi proposisi I
Contoh- contoh:
1.      Obversi Proposisi A
Premis             : Semua presiden adalah manusia. (A)
Konklusi          : Semua presiden bukan manusia. (E)
2.      Obversi Proposisi E
Premis             : Semua srigala bukan manusia. (E)
Konklusi          : Semua srigala adalah bukan manusia. (A)
3.      Obversi Proposisi I
Premis             : Sebagian manusia adalah pemikir. (I)
Konklusi          : Sebagian manusia bukan pemikir. (O)
4.      Obversi Proposisi O
Premis             : Sebagian manusia bukan pelawak. (O)
Konklusi          : Sebagianmanusia adalah bukan pelawak. (I)
Sedangkan obversi menurut Sumaryono. E, (1999: 86), adalah sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya proposisi negatif dinyatakan secara alfirmatif. Tujuan pola pikir obversi adalah: menegaskan proposisi yang asli dengan menambah proposisi lainya yang setara (ekuivalen) dan menjadi proposisi yang kedua tersebut mempunyai makna persis sebagaimana yang dimaksud pada proposisi yang pertama. Jika proposisi yang pertama sudah dinyatakan, maka proposisi yang kedua tidak mungkin diingkari sebab kedua proposisi tersebut sebenarnya identik satu sama lain walaupun berbeda bentuknya.
Contoh 1:
A: Semua proses berjalan sebagaimana direncanakan. (Alfarmatif)
E: Tidak ada proses yang tidak berjalan sebagaimana direncanakan.(Negatif)
Contoh 2:
A: Ini semua dapat terjadi. (Alfirmatif)
E: ini semua tidak mustahil.( Negatif)
Ada beberapa aturan dalam pikir obversi sebagai berikut:
1.      Bsubjek pada proposisi asli (yang menggandung gagasan pokok) tidak boleh mengalami perubahan.
2.      Kualitas proposisi asli diubah dari nafirmatif menjadi negatif atau sebaliknya dari negatif menjadi alfirmatif
3.      Kualitas pada proposisi asli tidak boleh berubah: artinya, jika proposisi tersebut adalah partikular/ universal, maka obversinya juga partikular/ universal.
4.      Prediket pada kedua proposisi harus dijadikan kontradiktif artinya, jadikanlah negatif jika prediket itu afirmatif.

C. Kontraposisi
Kontaposisi adalah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu. Proposisi konklusinya disebut kontrapositif. Dalam kontraposisi, jelas terlihat bahwa sesungguhnya arti atau makna proposisi kontrapositif tetap ekuivalen dengan arti atau makna proposisi premis. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses kontraposisi adalah sebagai berikut:
1.    Negasikanlah term subjek dan term predikatnya.
2.    Konversikanlah term subjek dan term predikat yang telah dinegasikan itu.
Dengan kontraposisi, hanya ada dua proposisi premis yang memiliki kontrapositif. Dengan kata lain, hanya ada dua jenis proposisi yang dapat dikontraposisikan.
Ø Proposisi A dapat dikontraposisikan.
Ø Proposisi E tidak dapat dikontraposisikan.
Ø Proposisi I tidak dapat dikontraposisikan.
Ø Proposisi O dapat dikontraposisikan.
Contoh- contoh
1.      Kontraposisi Proposisi A
Premis             : Semua filsaf adalah manusia.
Konklusi          : Semua bukan manusia adalah bukan filsuf
2.      Kontraposisi Proposisi E
Tidak dapat dikontraposisikan
3.      Kontraposisi Proposisi I
Tidak dapat dikontraposisikan
4.      Kontraposisi Proposisi O
Premis             : Sebagian demonstran bukan mahasiswa
Konklusi          : Sebagian bukan mahasiswa bukan demonstran.
3.        Kesimpulan
       Konversi merupakan sebuah bentuk penyimpulan langsung di mana subjek dan prediket sebuah proposisi ditukar atau di balik tempatnya sehingga yang semula subjek menjadi prediket dan semula prediket menjadi subjek, tanpa mengubah kualitas dan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
       Obversi adalah sebuah proses penyimpulan langsung di mana sebuah proposisi penyimpula alfirmatif dinyatakan secara negatif. Dan sebaliknya proposisi negatif dinyatakan secara alfirmatif. Tujuan pola pikir obversi adalah menegaskan proposisi yang asli dengan menambah proposisi lainya yang setara (ekuivalen) dan menjadi proposisi yang kedua tersebut mempunyai makna persis sebagaimana yang dimaksud pada proposisi yang pertama. Jika proposisi yang pertama sudah dinyatakan, maka proposisi yang kedua tidak mungkin diingkari sebab kedua proposisi tersebut sebenarnya identik satu sama lain walaupun berbeda bentuknya. Sedangkan obversi penalaran langsung yang konklusinya menunjukkan perubahan kualitas proposisi kendatipun maknanya tetap dan tidak boleh berubah. Adapun kuantitas obvertend (proposisi yang menjadi premis) dan obverse (proposisi yang menjadi konklusi) juga harus tetap sama.
       Kontraposisi adalah penarikan konklusi secara langsung dengan jalan menukar posisi subjek dan predikat yang telah dinegasikan terlebih dahulu. Dalam kontraposisi, jelas terlihat bahwa sesungguhnya arti atau makna proposisi kontrapositif tetap ekuivalen dengan arti atau makna proposisi.

Daftar Pustaka
Rapar, Jan Hendrik 1996: Pengantar Logika asas- asas penalaran sistematis. Yogyakarta: Kasinus (Anggota IKAPI).
Sumaryono, Eugenius 1999: Dasar- dasar Logika. Yogyakarta: Kasinus (Anggota IKIP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar